Pada
dasarnya linguistik adalah dasar dari segala pengetahuan bahasa. Orang dapat
berbahasa dengan baik, jika mereka tahu mengenai ilmu-ilmu yang berkaitan
dengan bahasa secara internal. Mualai dari huruf, kata, frase, kalimat, dan
wacana. Semuanya saling berkaitan dan telah memiliki aturannya masing-masing.
Linguistik secara umum dibagi menjadi beberapa bagian, masing-masing
mempelajari seluk-beluk bahasa. Subdisiplin ilmu yang pertama adalah fonologi
yaitu ilmu yang mempelajari bunyi. Morfologi yaitu ilmu yang mempelajari
tentang kata, sintaks yang mempelajari kalimat. Dan semantik yang mempelajari
makna. Semua subdisiplin ilmu tersebut dipelajari secara sintaksis, dari yang
paling dasar yaitu fonologi sampai sintaksis. Seperti yang kita ketahui,
berbahasa tidak semudah yang dipikirkan. Berbahasa tidak sekedar mengucapakan
kata dan mengeluarkannya dari mulut. Berbahasa memiliki tujuan untuk
menyampaikan pesan kepada lawan bicara kita, tergantung pada seberapa jauh kita
menguasai linguistik. Bagaimana kita mengucapkan kata-kata, bagaimana susun
kalimatnya, dan bagaimana agar pendengar paham apa yang kita maksud.
Melihat
sebetapa pentingnya linguistik dalam berbahasa, membuat kami membahas masalah
linguistik secara lebih mendalam. Makalah ini secara garis besar membahas mulai
dari fonologi, morfologi, dan sintaksis. Pembahasan materi dilakukan secara
sistematis agar dapat dimengerti dengan baik.
CABANG-CABANG
LINGUISTIK
A.
Fonologi
Fonologi
merupakan bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut
fungsinya. (Kamus besar
Bahasa Indonesia edisi ke 3, 2008: 320). Fonologi merupakan biadang linguistik
yang mempelajari, menganalisis dan membicarakan runtuhan bunyi-bunyi bahasa. Yang secara etimologi terbentuk dari kata
fon yaitu bunyi, dan logi yaitu ilmu. Menurut Hierarki suatu yang menjadi objek
studinya, fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Sedangkan fonemik
adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan
fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna. (Abdul Haer, : 102 )
1.
Fonetik
Fonetik adalah bidang linguistik tentang pengucapan
(penghasilan) bunyi ujar (Kamus
besar Bahasa indonesia edisi 3, 2008 : 319). Menurut Malmberg, Verhaar,
Ramelan, Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki
bunyi bahasa tanpa melihat fungsi bunyi itu sebagai pembeda makna dalam suatu
bahasa (Marsono, 2008: 1 ). Menurut
urutan proses terjadinya bunyi bahasa, fonetik dibagi atas tiga jenis
yaitu fonetik artikulasi atau disebut
juga fonetik organik atau fonetik fsiologis yaitu mempelajari bagaimana mekanisme
alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa, serta
bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan. Fonetik akustik yaitu mempelajari
bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam. Sedangkan fonetik
auditoris yaitu mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu
oleh telinga kita. (Abdul Haer, : 103)
a.
Alat-alat
ucap
Alat yang digunakan untuk menghasilkan bunyi bahasa mempunyai fungsi
utama lain yang bersifat biologis, misalnya paru-paru untuk bernapas, lidah
untuk mengecap, dan gigi untuk mengunyah. Namun, secara kebetulan alat-alat itu
digunakan juga untuk berbicara. Alat-alat yang digunaka untuk memahami
bagaimana bunyi itu diproduksi yaitu:
1)
Paru-paru
(lung)
2)
Batang
tenggorok (trachea)
3)
Pangkal
tenggorok (larynx)
4)
Pita
suara (vocal cord)
5)
Krikoid
(cricoid)
6)
Tiroid(thyroid)
atau lekum
7)
Aritenoid
(arythenoid)
8)
Dinding
rongga kerongkongan (wall of pharynx)
9)
Epiglotis
(epiglottis)
10) Akar lidah (root of the tongue)
11) Pangkal lidah (back the tongue, dorsum)
12) Tengah lidah (middle of the tongue, medium)
13) Daun lidah (blade of the tongue, laminum)
14) Ujung lidah (tip of the tongue. apex)
15) Anak tekak (uvula)
16) Langit-langit lunak (soft palate, velum)
17) Langit-langit keras (hard palate, palatum)
18) Gusi, lengkung kaki gigi (alveolum)
19) Gigi atas (upper teeth, dentum)
20) Gigi bawah (lower teeth, dentum)
21) Bibir atas (upper lip, labium)
22) Bibir bawah (lower lip, labium)
23) Mulut (mouth)
Bunyi yang terjadi pada alat ucap seperti bunyi gigi atau binyi bibir
disebut bunyi dental dan bunyi labial. Bunyi apikodental yaitu gabungan antara
ujung lidah dengan gigi atas, Labiodental yaitu gabungan antara bibir bawah
dengan gigi atas, dan laminopalatal yaitu gabungan antara daun lidah dengan
langit-langit keras.
b.
Proses
Fonasi
Fonasi
merupakan anak suara yang dihasilkan oleh pangkal tenggorokan. Terjadinya bunyi bahasa pada umumnya yaitu:
1)
Dimulai
dengan proses pemompaan udara keluar dari paru-paru melalui pangkal tenggorok,
yang di dalamnya terdapat pita suara.
2)
Kemudian
suara keluar dan posisi pita suara terbuka entah melalui rongga mulut, rongga
hidung .
Berhubungan dengan hambatan pada pita suara, ada 4 macam posisi pita
suara:
1)
Pita
suara terbuka lebar
Dengan posisi yang demikian maka tidak akan terjadi bunyi bahasa, karena
posisi ini adalah posisi untuk bernafas secara normal
2)
Pita
suara agak terbuka lebar
Posisi ini akan menghasilkan bunyi bahasa yang disebut bunyi tak
bersuara (voiceless)
3)
Pita
suara terbuka sedikit
Posisi ini akan menghasilkan bunyi yang disebut bunyi bersuara (voice)
4)
Pita
suara tertutup rapat-rapat
Posisi ini akan menghasilkan bunyi hamzah atau glotal stop.
Tempat bunyi bahasa terjadi atau dihasilkan disebut tempat artikulasi.
Proses terjadinya artikulasi dan alat-alat yang digunakan disebut alat
artikulasi, atau lebih lazim disebut artikulator. Dalam proses artikulasi ini,
biasanya terlibat 2 macam artikulator, yaitu artikulator aktiif yang merupakan
alat ucap yang bergerak atau digerakkan, misalnya bibir bawah, ujung lidah, dan
daun lidah. Sedangkan artikulator pasif alat ucap yang tidak dapat bergerak,
atau yang didekati oleh artikulator aktif, misalnya bibir atas, gigi atas, dan
langit-langit keras.
c.
Klasifikasi
Bunyi
Pada umumnya bunyi bahasa pertama-tam dibedakan atas vokal dan konsonan.
Bunyi vokal dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit. Bunyi konsonan
terjadi setelah arus udara melewati pita
suara yang terbuka sedikit atau agak lebar, diteruskan ke rongga mulut atau rongga
hidung dengan mendapat hambatan di tempat-tempat artikulasi tertentu.
1)
Klasifikasi
vokal
Bunyi vokal dikelompokkan berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut.
Posisi lidah bisa bersifat vertikal dan bisa bersifat horizontal. Secara
vertikal dibedakan menjadi vokal tinggi misalnya /i/ dan /u/, vokal tengah
misalnya bunyi /e/, dan vokal rendah misalnya bunyi /a/. Secara horizontal
dibedakan atas vokal depan misalnya bunyi /i/ dan /e/, vokal pusat misalnya /
/, dan vokal belakang, misalnya bunyi /u/ dan /o/. Kemudian menurut bentuk
mulut dibedakan menjadi vokal bundar dan vokal tak bundar. Sikatakan vokal
bundar karena bentuk mulut membundar ketika mengucapkan vokal itu, misalnya
vokal /o/ dan /u/. Dan dikatakan vokal tak bundar karena bentuk mulut tidak
bundar, melainkan melebar, misalnya vokal /i/ dan /e/.
2)
Diftong
atau vokal rangkap
Ciri difton ialah waktu diucapkan posisi lidah yang satu dengan yang
lain saling berbeda. Perbedaan itu menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian
lidah yang bergerak, serta strukturnya (jarak lidah dengan langit-langit).
Namun yang dihasilkan bukan bukan dua bunyi, melainkan hanya satu bunyi karena
berada dalam satu silabel, misalnya /ai/ dalam kata rantai, /au/ dalam kata
imbau.
3)
Klasifikasi
konsonan
Bunyi konsonan dibedakan berdasarkan tiga kriteria yaitu, posisi pita
suara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi.
a)
Berdasarkan
Pita suara dibedakan menjadi bunyi bersuara dan bunyi tidak bersuara. Bunyi
bersuara terjadi apabila pita suara hanya terbuka sedikit, sehingga terjadilah
getaran pada pita suara itu. Yang termasuk bunyi bersuara anata lain bunyi /b/,
/d/, /g/, dan /c/. Bunyi tidak bersuara terjadi apabila pita suara terbuka agak
lebar, sehingga tidak ada getaran pada pita suara itu. Yang termasuk bunyi
tidak bersuara anatara lain /s/, /k/, /p/, dan /t/.
b)
Berdasarkan
Tempat artikulasi antra lain:
(1)
Bilabial,
yaitu konsonan yang terjadi pada kedua belh bibir. Bibir bawah merapat
padabibir atas. Hurufnya : /b/, /p/, dan /m/.
(2)
Labiodental,
yaitu konsonan yang terjadi pada gigi bagian bawah dan bibir atas, gigi merapat
pada bibir atas. Hurufnya : /f/ dan /v/.
(3)
Laminoalveolar,
yaitu konsonan yang terjadi pada daun lidah dan gusi, daun lidah menempel pada
gusi. Hurufnya : /t/ dan /d/
(4)
Dorsovelar,
yakni konsonan yang terjadi pada pangkal lidah dan velum atau langit-langit
lunak. Hurufnya : /k/ dan /g/.
c)
Berdasarkan
cara artikulasinya, artinya bagaimana gangguan atau hambatan yang dilakukan
terhadap arus udara itu, dapat dibedakan melalui konsonan:
(1)
Hambatan
(letupan, plosif, stop), artikulator menutup sepenuhnya aliran udara , sehingga
uadara mampet di belakang tempat penutupan itu. Kemudian penutupan itu dibuka
secara tiba-tiba, sehingga menyebabkan terjadinya letupan. Hurufnya: /p/, /b/,
/t/, /d/, /k/, dan /g/
(2)
Geseran
atau frikatif, artikulator aktif mendekati artikulator aktif mendekati
artikulator pasif, membentuk cela sempit, sehingga udara yang lewat mendapat
gangguan di cela itu. Hurufnya: /f/, /s/, dan /z/.
(3)
Paduan
atau frikatif, artikulator aktif menghambat sepenuhnya aliran udara, lalu
membentuk celah sempit dengan artikulator pasif. Hurufnya: /c/, dan /j/.
(4)
Sengauan
atau ngasal, artikulator menghambat sepenuhnya aliran udara melalui mulut,
tetapi membiarkannya keluar melalui roongga hidung dengan bebas. Hurufnya: /m/, dan /n/.
(5)
Getara
atau trill, getaran bunyi itu terjadi berulang-ulang. Hurufnya: /r/.
(6)
Sampingan
atau lateral, artikulator aktif menghambat aliran udara pada bagian tengah
mulut, lalu membiarkan udara keluar melalui samping lidah. Hurufnya: /i/.
(7)
Hampiran
atau aproksimal, artikulator aktif dan pasif membentuk ruang yang mendekati
posisi terbuka seperti dalam pembentukan vokal, tetapi tidak cukup sempit untuk
menghasilkan konsonan geseran. Hurufnya: /w/, dan /y/.
d.
Unsur
Suprasegmental
Suprasegmental merupakan ilmu bahasa yang berhubungan dengan segmen
ujaran atau bunyi (fonem), yaitu nada, tekanan, sendi, intonasi dan juga
merupakan fonem yang tidak dapat membentuk kata tetapi membedakan makna kata
(misalnya tekanan).
1)
Tekanan
: suatu bunyi segmental yang diucapkandengan arus udara yang kuat sehingga
menyebabkan amplitudonya melebar, dan pasti dibarengi dengan tekanan keras.
Sebaliknya sebuah bunyi segmental yangg diucapkan dengan arus udara yang tidak
kuat sehingga amplitudonya menyempit, dan pasti dinarengi dengan tekanan lunak.
2)
Nada :
berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi. Bila suatu bunyi segmental
diucapkan dengan frekuensi getaran yang tinggi, tentu akan disertai dengan nada
yang tinggi, sebaliknya kalau diucapkan dengan frekuensi getaran yang rendah,
tentu akan disertai juga dengan nada rendah.
3)
Jeda :
berkenaan dengan hentian bunyi dalam arus ujar. Disebut jedah karena adanya
hentian itu, dan disebut persendian karena di tempat itulah terjadinya
persambungan antara segmen yang satu dengan yang lain.
2.
Fonemik
Menurut kamus besar bahasa indonesia edisi 2 fonemik merupakan ilmu
bahasa (lingua) tentang sistem fonem suatu bahasa, prosedur untuk menentukan
fonem suatu bahasa. Sedangkan fonem itu sendiri adalah lingua suatu bunyi yang
menunjukkan kontraks makna, (misal, /h/), karena membedakan makna kata misalnya
kata harus dan arus. /b/ dan /p/ merupakan 2 fonem yang berbeda karena baru dan
paru.
a.
Identifikasi
Fonem
Untuk mengetahui apakah sebuah bunyi fonem atau bukan, kita harus
mencari sebuah satuan bahasa, biasanya disebut kata, lalu membandingkan dengan
satuan bahasa yang pertama. Kalau ternyata kedua satuan bahasa itu berbeda
maknanya, maka berarti bunyi tersebut adalah fonem, karena dia bisa atau
berfungsi membedakan makna kedua satuan bahasa itu.
b.
Alofon
Bunyi-bunyi yang merupakan realisasi dari sebuah fonem seperti bunyi /t/
dan /th/ untuk fonem /t/ di atas disebut alofon.
B.
Morfologi
Morfologi
adalah bagian linguistik yang mempelajari morfem. Morfologi mempelajari dan menganalisis
struktur, bentuk, klasifikasi kata-kata. Dalam linguistic bahasa Arab morfologi
ini adalah tashrif yaitu perubahan satu bentuk (asal) kata menjadi
bermacam-macam bentukan untuk mendapatkan makna yang berbeda, yang tanpa
perubahan ini, makna yang berbeda itu akan terlahirkan. Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari
kata atau struktur kata atau pembentukan kata (kamus besar Bahasa Indonesia
edisi 3). Dalam ilmu linguistik, morfologi adalah satuan – satuan dasar bahasa
yang gramatikal. Sebagai contoh kita memakai kata tertidur. Kata ini terdiri atas dua “morfem”, yaitu
ter-dan tidur. Jadi kata “tertidur”
mempunyai struktur “internal” dengan bagiannya ter-dan tidur. Jika kita tidak
memakai kata ter- dalam tertidur dan hanya memakai kata “tidur” maka kata itu
terdiri atas satu morfem saja yaitu tidur.
Kata tertidur itu disebut “polimorfemis” (yang berarti terdiri atas
lebih dari satu morfem atau juga lebih dari dua atau dst.), sedangkan kata
ter- itu disebut monomorfemis (yang
berarti terdiri atas satu morfem saja). Morfem adalah unsur-unsur yang terkecil
dan masing-masingnya mempunyai maknadalam tutur sebuah bahasa. (Hocket. 123)
1.
Morfem
Morfem adalah unsur-unsur yang terkecil dan
masing-masingnya mempunyai maknadalam tutur sebuah bahasa.(hocket hlm.123).
morfem diklasifikasikan sebagai berikut
a.
Morfem bebas
dan terikat
Kata adalah satuan atau bentuk
“bebas” dalam tuturan. Bentuk bebas secara morfemis (Morfem bebas) adalah
morfem yang dapat berdiri sendiri, artinya tidak membutuhkan bentuk lain
yang digabungkan dengan morfem itu dan dapat dipisahkan dari bentuk-bentuk
“bebas” lainnya walaupun posisinya berada didepan atau dibelakang, dalam
tuturan. Misalnya makan, bagus, rumah, dan pulang
adalah yang termasuk morfem bebas. Morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan
morfem lain. Bentuk-bentuk seperti juang ,henti, gaul adalah termasuk morfem
terikat .
b. Morfem utuh dan
morfem terbagi
Morfem utuh adalah semua morfem yang dibicarakan dalam morfem bebas. Morfem terbagi adalah
sebuah morfem yang terdiri dari dua bagian yang terpisah. Contohnya dalam kata perbuatan terdiri dalam satu morfem yang utuh, yaitu (buat) dan
morfem terbagi yaitu (per-/-an)
c.
Morfem segmental
dan suprasegmental
Morfem segmental adalah morfem yang berwujud bunyi. Morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh
unsur-unsur supra segmental, seperti tekanan, bunyi, dan nada.
d.
Morfem nol
Morfem nol adalah morfem yang
salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun berupa prosodi
(atau unsur supra segmental), melainkan berupa kekosongan. Misalnya dalam
bahasa inggris:
Bentuk tunggal Bentuk jamak
Book - Books
Sheep - Sheep
Bentuk tunggal untuk Book adalah book dan jamaknya adalah Books,
sedangkan tunggal untuk Sheep adalah Sheep dan jamaknya adalah Sheep. Dalam
bentuk jamak kata Books terdiri atas dua morfem yaitu (book) dan (-s).
Sedangkan bentuk jamak dalam kata sheep adalah sheep yang berarti satu morfem
saja (sheep) atau morfem nol.
e.
Morfem
bermakna leksikal dan morfem tidak bermakna leksikal
Morfem bermakna leksikal adalah morfem-morfem yang secara inheren makna
pada dirinya sendiri, tanpa perlu berproses duludengan morfem lain. Misalnya, (kuda),
(pergi), (hari), (merah) adalah morfem bermakna leksikal. Morfem tak bermakna
leksikal adalah morfem yang tidak mempunyai makna pada dirinya sendiri.
Misalnya, morfem-morfem afiks seperti, (ber-), (me), dan (ter).
2.
Kata
Kata adalah satuan
atau bentuk”bebas” dalam tuturan. Para bahasawan member pengertian terhadap
kata berdasarkan arti dan ortografi. Menurut mereka kata adalah satuan bahasa
yang memiliki satu pengertian. Atau kata adalahderetan huruf yang diapit oleh
dua buah spasi, dan mempunyai satu arti.
3.
Proses
morfemis
Proses morfemis adalah proses pembentukan kata bermorfem jamak baik
derivatif maupun inflektif. Proses inilah disebut morfemis karena proses ini
bermakna dan berfungsi sebagai pelengkap makna leksikal yang dimiliki oleh
sebuah bentuk dasar. Proses morfemis ini dibedakan atas :
Proses morfemis afikasi Adalah proses pembumbuhan afiks pada sebuah
dasar atau bentuk dasar
Proses pergantian, Proses pergantian dapat
disebut pula dengan perubahan dakhil. Dalam proses ini banyak dijumpai dalam
bahasa inggris. Dalam bahasa indonesia
proses ini dikenal pula dalam contoh yang tidak begitu produktif, biasanya
kata-kata serapan.
Proses duplikasi dalam proses ini masih
memerlukan beberapa pembicaraan khusus untuk bahasa indonesia.
a.
Proses
kosong dalam proses ini tidak mengalami proses morfem, misalnya dalam bahasa
inggris untuk menyatakan jamak atau pengertian yang lain ada bentuk-bentuk
dalam bahasa inggris yang tidak mengalami proses sama sekali.
Book – books
Dog - dogs
Akan tetapi, proses ini tidak terjadi pada morfem-morfem bebas bahasa
inggris seperti: sheep- sheep, yang sama bentuknya dengan pernyataan tunggal
dan jamak
b.
Proses
suplesi. Proses suplesi dapat dipandang sebagai satu proses perubahan internal
yang ekstrem. Dalam proses ini ciri-ciri bentuk dasar tidak atau hampir tidak
tampak. Misalnya, bentuk went, be, am, is, are, was, were.
c.
Proses
morfemis suprasegmental, untuk beberapa bahasa tertentu ciri-ciri prosodi atau
suprasegmental bersifat morfemis.
4.
Morfofonemik
Morfofonemik adalah berubahnya
wujud morfemis dalam suatu proses morfologis baik afiksasi maupun komposisi. Misalnya :
- ia melarikan gadis itu ke Jakarta
- mereka membicarakan masalah bangunan
- kejujuran mendatangkan ketentraman dalam jiwa
Jika bentuk-bentuk
seperti melarikan, membicarakan,
mendatangkan diuraikan atas morfem – morfem makaterjadilah uraian seperti:
konfiks me-kan dan lari , mem-kan dan bicara, men-kan dan
datang. Walaupun me-kan, men-kan, dan men- kan berbeda, namun fungsi
distribusi sintaksis, dan maknanya sama.
C.
Sintaksis
1.
Pengertian
sintaksis
Morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran
linguistik yang secara tradisional di
sebut tata bahasa atau gramatika. Kedua bidang tataran itu memang berbeda,
namun seringkali batas antara keduanya menjadi kabur karena pembicaraan bidang
yang satu tidak dapat di lepaskan dari yang lain. Oleh karena itu muncul
istilah morfosintaksis yang merupakan
gabungan dari morfologi dan sintaksis, untuk menyebut kedua bidang itu sebagai
satu bidang pembahasan. Meskipun demikian, orang biasa membedakan kedua tataran
itu dengan pengertian : morfologi membicarakan struktur internal kata,
sedangkan sintaksis membicarakan kata dalam hubungan dengan kata lain, atau
unsur-unsur lain sebagai suatu satuan ujaran.
Hal ini sesuai dengan asal usul kata sintaksis itu sendiri, yang berasal
dari bahasa yunani yaitu sun yang
berarti ‘dengan’ dan kata tattein yang berarti ‘menempatkan’. Jadi, secara
etimologi istilah itu berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi
kelompok kata atau kalimat. Dalam linguistik sintaksis (dari bahasa Yunani Kuno
“ouv-syn-“ “bersama”. Dan taEic taxis”, “pengaturan”) adalah ilmu mengenai
prinsip dan peraturan untuk membuat kalimat dalam bahasa alami. Selain aturan
ini, kata sintaksis juga digunakana untuk merujuk langsung pada peraturan dan
prinsip yang mencakup struktur kalimat dalam bahasa apapun.
Kajian sintaksis meliputi :
a.
Pengertian
frase
Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan
kata yang bersifat nonpredikatif (hubungan antara kedua unsur yang membentuk
frase tidak berstruktur subjek – predikat – objek), atau lazim juga disebut
gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis didalam kalimat.
Jenis Frase
1) Frase eksosentrik adalah frase yang
komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan
keseluruhannya.
2) Frase endosentrik adalah frase yang salah
satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan
keseluruhannya. Artinya salah satu komponennya dapat menggantikan perilaku seluruhnya.
3) Frase koordinatif adalah frase yang komponennya pembentukannya
terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama dan sederajat dan secara
potensial dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif.
4) Frase apositif adalah frase koordinatif yang
kedua komponennya saling merujuk sesamanya, oleh karena itu urutan komponen
yang dapat dipertukarkan.
b. Klausa adalah satuan gramatikal yang terdiri
dari predikat, baik disertai subjek, objek, pelengkap, dan keterangan.
c. Kalimat adalah alat interaksi dan kelengkapan
pesan atau isi yang akan di sampaikan, di definisikan sebagai sususnan
kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Sedangkan dalam
kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, dan
klausa), kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar,
yang biasanya berupa klausa atau satuan
bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mengandung satu pengertian
dan mempunyai pola intonasi akhir. Dalam pembahasan sintaksis yang biasa
dibicarakan adalah : Struktur sintaksis , mencakup masalah fungsi, kategori,
dan peran sintaksis; serta alat-alat yang di gunakan dalam membangun struktur
itu. Hal-hal yang berkenaan dengan sintaksis, seperti masalah modus, aspek, dan
sebagainya.
2.
Struktur
sintaksis
Secara umum
struktur sintaksis itu terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek
(O), dan ketereangan (K). Menurut Verhaar (1978) fungsi-fungsi sintaksis itu
yang terdiri dari unrsur-unsur S, P, O, dan K itu merupakan “kotak-kotak
kosong” atau “tempat-tempat kosong” yang tidak mempunyai arti apa-apa karena
kekosongannya. Tempat-tempat kosong itu akan di isi oleh sesuatu yang berupa
kategori dan memiliki peranan tertentu.
3.
Kata
sebagai satuan sintaksis
Sebagai satuan
terkecil dalam sintaksis, kata berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis,
fenanda kategori sintaksis, dan perangkai dalam penyatuan satuan-satuan atau
bagian-bagian dari satuan sintaksis. Kata sebagai pengisi satuan sintaksis,
harus dibedakan antara dua kata yaitu kata penuh dan kata tugas. Kata penuh
adalah kata yang secara leksikal mempunyai makna, mempunyai kemungkinan
mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka, dan dapat berdiri sendiri
sebagai sebuah satuan-satuan. Yang termasuk kata penuh adalah kata-kata
kategori nomina, verba, adjecktiva, akferbia, dan numeralia. Misalnya masjid
memaliki makna tempat ibdah orang islam. Sedangkan kata tugas adalah kata yang
leksikal tidak mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas
tertutup, dan di dalam peraturan dia tidak dapat berdiri sendiri. Yang termasuk
kata tugas adalah kata-kata kategori preposisi dan konjuksi. Misalnya dan tidak mempunyai makna leksikal untuk
menggabungkan menambah konstituen. Kata-kata yang termasuk kata penuh mempunyai
kebebasan yang mutlak atau hampir mutlak sehingga dapat menjadi pengisi
fungsi-fungsi sintaksis. Sedangkan kata tugas mempunyai kebebasan yang
terbatas, selalu terikat dengan kata yang berada di belakangnya (untuk
preposisi), atau berada di sampingnya (untuk posposisi) dan dengan kata-kata
yang dirangkainya (untuk konjuksi).
Sumber :
1. Buku Fonetik. Marsono.
2008
2. Buku Dasar-Dasar Analisis Sintaksis.
Erlangga. J,D Parere. 2009.
3. Buku Linguistik Umum.
Abdul Chaer. 1993.
4. Pengantar Linguistik Umum.
Ferdinan De Sauaaure,. 1973.
0 komentar:
Posting Komentar